Siapa sih gw?
Blog Teman
Situs2 Yang Wajib Dikunjungi
Tag
ShoutOuts



Kontak
free counters

Powered by TripAdvisor
Memori



RANSELAN KE ROTE (HARI 2)
Monday, April 19, 2010 / 5:53 PM


Bangun tidur dan mandi secepat kilat, karena jam 7.30 om Nani, si ojek langganan udah nunggu untuk keliling Rote sebelum berangkat dengan kapal cepat jam 11 nanti. Dari Batu Termanu kita menuju pusat kota Ba'a untuk mencari rumah raja Rote yang ada di pusat kota. Rumahnya bagus dan tertata rapi, sayang ga bisa masuk ke dalam rumah.... :(

Perjalanan dilanjutkan ke pantai Tiang Bendera, tapi harus melewati desa Baadale, tempat kediaman pengrajin dan pemain sasando (alat musik khas Rote yang bentuknya seperti kecapi, red).
Di pantai ini, banyak batu-batu karang yang bentuknya menyerupai benteng atau pagar alami....keren dan tentunya sepi :)
Sayangnya laut lagi surut, kalau ngga, pemandangannya pasti jauh lebih bagus.















'benteng' karang di pantai Tiang Bendera Batu Tiang bendera

Dan lagi2, for the sake of the picture alias demi narsis mejeng di foto gw harus berlari2 di antara karang2 tajam dan licin di pantai ini....semua demi berpose :D
Sehabis puas berpose2 di Tiang Bendera, perjalanan dilanjutkan ke Desa Baadale, ke rumah Bapak San Malelak, sang pengrajin dan pemain Sasando no 1 di Rote.
Ternyata si Bapak sedang ke kota Ba'a, sehingga kami disambut oleh istrinya. Mama Malelak menunjukkan Sasando-sasando stok yang ada di rumahnya. Menurut penuturan si Mama, biasanya ada orang yang pesan dari Kupang dan ada juga yang dari Ba'a ambil untuk kebutuhan suvenir. Jadi gw coba mainin sasando yang mereka jual itu....dan hasilnya ga bisa :P

Maklum bukan pemain Sasando asli...

(gw bersama Mama Malelak dan cucunya, yang berusia 5 tahun....maap ya dek, lupa namanya...)













Sasando yang dijual berkisar harga Rp 50,000 (replikanya yang berukuran kecil) sampai dengan Rp 300,000 (yang ukuran besar seperti yg gw mainin di gambar di atas)


Papa Sasando, baby Sasando, and Mama Sasando
(kiri ke kanan) ---> :P




Sehabis 'bermain' sasando dan membeli baby Sasando dari Mama Malelak, kami mau menuju kota Ba'a untuk membeli tenunan khas Rote. Dan....ban motor pecah lagi T_T.....beteeeeeeee.....
Akhirnya gw tinggal di rumah Mama Malelak sebentar lagi dan ngobrol2 dengan si Mama dan cucunya yang lucu, sementara si om Nany mengganti ban motornya.
Setelah hampir satu jam (mungkin dia ganti ban ke Ba'a kali ye), kami menuju desa tenun Namodale, disini yang menenun ternyata orang Ndao, bukan orang Rote. Si om berenti di depan satu rumah yang memajang kain tenun kerajinannya, milik Mama Hence. Si Mama dengan ramah langsung memamerkan motif-motif tenunannya di rumahnya. Dua anaknya yang lucu2 dan masih kecil langsung tertarik dan ikut minta difoto bareng :D
Sehabis dari membeli sebuah selendang khas Ndao (kisaran harga tenunan Rp 50.000 - Rp 600.000,-), gw langsung ngacir ke ADP Rote untuk ngambil tas gw yang dibawain om Monce dari Tiberias Resort, sempat ketemu sama Pak Joseph- ADPM Rote- dan Henny- akuntan Rote- sebelum cabut ke Ba'a lagi. Mampir beli susu goreng (susu kerbau yang dipanaskan di wajan sehingga membentuk gumpalan karamel yang manis dan enak...), sayang harganya rada mahal dan 1 ukuran plastik mika sedang seharga Rp 50,000,-
Gw cicipin dulu susu goreng yang baru diangkat dari kompor, enak bow! Manis gitu....akhirnya gw beli susu goreng yang udah dikemas, katanya si Engko penjual (namanya Eng Helim) itu dibuat kemarin. Dia berani jamin susu goreng buatannya tahan sampe seminggu karena ga dicampur dengan gula air seperti yang ada dijual di pelabuhan.
Dia bilang, kalo mau pesen, bisa telpon dia, bisa diantar ke Kupang. Lha iya kalo gw ada di Kupang, nah ini gw kan di Alor coy! hehehe
Akhirnya dengan membawa segambreng oleh2 khas Rote : gula air 1 jeregen, replika Sasando, tenunan khas Ndao dan 1 pak susu goreng gw ngacir ke dermaga. Syukur masih dapat tiket mengingat manusia udah berjubel2 di pelabuhan itu... Tadinya mo ngirit di kelas ekonomi, tapi kok rada males ya bersesak2 ria...akhirnya beli tiket kelas VIP deh. Sesampai di Kupang untuk kembali menuju hotel Astiti, gw naik ojek, nawar Rp 20rb. Lumayan drpd naik taxi 60rb.

Jadi, total belanja dan berback pack gw di Rote sbb :

Tiket masuk pelabuhan Tenau : Rp 4.000,-
Tiket kapal cepat (PP) : 2 x Rp 145.000,- = Rp 290.000,-
Ojek hari 1 : Rp 100.000,-
Ojek hari 2 : Rp 60.000,-
Gula air 1 jeregen : Rp 40.000,- (dpt jeregen lho...)
Replika sasando : Rp 50.000,-
Selendang tenunan khas Ndao : Rp 50.000,-
Susu goreng : Rp 50.000,-
Ojek dr Tenau- Htl Astiti : Rp 20.000,-
Beli aqua dsb : Rp 10.000,-
Makanan : gratis, thanks God dibayarin sm tim dr WV Australia
Penginapan : gratis, thanks God bisa nebeng sama Lerina...
-----------------------------------------------------------------------------------------
TOTAL : Rp 674.000,-

Minus oleh2 Rp 484.000,- (apalagi kalo ada sewa motor, bisa lbh murah lagi).....Jadi, senang2 ke Rote dan dapat pengalaman luar biasa hanya dengan kurang dari Rp 500 rb...... :D
Sampai jumpa di pengalaman backpack selanjutnya.....pssst....berikutnya Flores lhoo....


Ranselan ke Rote (hari 1)
Saturday, April 10, 2010 / 7:41 PM

Abis dua minggu yang membuat gw nyaris gila (baseline survey man!) ---sebenenarnya kalo ditotal2 gw bisa 1 bulan full persiapan baseline ini, karena gw dah ikut pelatihan LQAS dan baseline di Jakarta awal Feb, jadi pokoknya singkatnya setelah gw abis-abisan dihajar "baseline" akhirnya gw dpt kesempatan jalan2 ke pulau Rote, pulau paling selatan di wilayah NKRI tercinta ini.
Tapi..........sebelumnya, ada workshop yang nyaris buat otak gw hang lagi....seminggu pulak, dari Senin-Sabtu, sampe sore trus malamnya ada tugas2 tambahan? ooo kaya ngga tau aja WVI....hehehehe....padahal gw dah rencana mau ketemu mantan2 staff alias fans2 semasa kerja di Timor dulu.....
Anyway, akhirnya setelah mengSMS boss baru gw, dia mengijinkan gw ngambil cuti 1 hari. Gw ga bilang mau ke Rote, karena takut ga dibolehin....mengingat akses ke Rote gampang2 susah kaya mau ke Alor. Kalo gelombang laut tinggi, kapal cepat bisa ga jalan. Istilahnya, bisa masuk belom tentu bisa keluar.Tapi, tekad udah bulat, setelah berhasil membujuk rayu Mila, teman dari Manggarai yang ikutan workshop bareng, ternyata H-1 dia ngebatalin ikut....damn! (bukannya gw maki lo ya Mil :P)
Ya udah, apa boleh buat, walau Lina, penguasa Rote alias MCHN Rote bilang dia ga bisa nemenin gw jalan2 keliling Rote karena dia Senin pagi ada pelatihan Positive Deviance di kota Ba'a, gw memutuskan jalan sendiri, whatever happen happen-lah...
Dengan berbekal ransel dan 1 setel pakaian bersih, dan yg melekat di badan gw, gw berangkat ke pelabuhan Tenau dengan numpang taksi yang dipake Lina, untung pake Innova jadi agak lega. Sampe di Tenau bayar Rp 4,000 untuk pas masuk pelabuhan. Taksi? Gratis karena ini perjalanan official Lina balik (syukur gw bisa ngirit hehehe)
Di konter tiket, beli tiket kapal cepat, gw mau sih ngirit pake kelas ekonomi, tapi drpd takut garing gw duduk sendirian, mending gabung sama Lina di kelas VIP dengan nambah sedikit uang lagi. Kelas ekonomi bayar 105rb, sementara kelas VIP 145rb.Duduk di bangku kayu pelabuhan sambil menunggu bule2 dari WV Australia dateng, mereka mau assessment special project untuk livelihood dan market access. Jam 8 lewat dikit, mereka dateng ditemenin sama Lerina, staff dari NO. Ternyata si Lerina ini satu angkatan dengan gw, jadi gw akhirnya manggil2 nama aja sama kaya gw dengan Lina.
Akhirnya jam 9 lwt dikit (namanya juga Indonesia, kalo ga ngaret ga afdol), kapal cepat berlayar. Lagu2 karaoke di LCD TV 42" diganti dengan film romantis Hollywood. Dan ga terasa, 2 jam berlalu di kapal.

Sampe deh gw di Rote....panas boooo! Ga ada pohon sih (kaya di Alor ada aja :P )
Kita dijemput dengan mobil ADP Rote, gw jadi ga enak sama si Lina karena dia yang jadinya naik bemo beserta barang2, sementara gw yang datang kesana ngga dalam kunjungan bisnis kok malah naik mobil kantor....maap ya Lin...
Kita naik mobil lewat pusat kota Ba'a, toko2nya mungil dan tertata rapi. Jalannya kecil, tapi bersih....Hmm, kesan pertama yg bagus. Gw yang ga tau mau nginep dimana ditawarin pergi bareng bule2 itu dan siapa tau gw mau nginep di hotel yang sama dengan mereka. Hotelnya setengah jam-an naik mobil dari Ba'a, namanya Tiberias Hotel dan Resort, di Batu Termanu.
Rate kamarnya mayan juga 200rb-an, tapi kamar mandi luas dan bersih, kamar AC dan tempat tidur spring bed + TV.Abis naro barang, dan ngebuang barang2 yg ga perlu, ganti celana pendek...dan makan siang (thanks God ditraktir pak Yoseph - ADPM Rote dan om Rico - market facilitator). Gw didrop di kota dan dicariin tukang ojek yang bisa nganterin gw keliling2 -- maklum ga ada penyewaan motor :(Akhirnya om Monce (driver ADP Rote) menyetop kawannya dan setelah menawar harga (Rp 100rb) rutenya : Ba'a - Nemberala - Boa - Oebou - Oeseli - Ba'a - Batu Termanu.
Dan perjalanan dimulai, sepanjang jalan gw melihat kondisi alamnya yang mirip-mirip dengan daerah Timor, tapi ada kuda-kuda di pinggir jalan dibiarin bebas. Menarik!

Ojek bergerak ke arah Nemberala, setelah 1 jam perjalanan...sampe di daerah Nemberala, dan ban bocor! *&$#!Sambil menunggu si om Nani balik ke daerah Nemberala nambal ban, gw berjalan menembus semak belukar diantara rumah-rumah penduduk dan resort orang bule menuju pantai. Banyak ranjau alias kotoran kambing kering, karena kambing bebas merdeka berkeliaran di sini.
Dan dibalik semak-semak itu, gw menemukan sebuah surga dunia....

Langsung di pondok nelayan tempat mereka menyimpan jala, gw ganti baju dengan tankini. Ga berani bikini, takut ditimpukin WH ---emang ada ya di Rote??? :P
Dan pose2 pun dimulai...(semua gambar diambil sama gw, dan self timer tentunya)













Hampir dua jam gw nangkring disana, dan si om ojek pun mengSMS, waktunya pergi ke Boa.Pantai lainnya.

Jalan ke Boa cukup jelek, tanah putih yang di musim ujan licin abis (kata si Om), tapi untung dia gape banget bawa motornya. Gw yang takut gubraks ternyata dibuat kagum karena si om ini jago banget manuverin motornya.
Sampailah di Boa dalam waktu 20 menit...

Inilah pantai Boa yang terkenal untuk para peselancar, di samping Nemberala tentunya. Nemberala tahun lalu jadi tuan rumah untuk peselancar dunia dalam kompetisi surfing internasional. Nah, Boa ini katanya pada musim2 tertentu ombaknya gede juga... Liat aja di background foto gw di bawah, udah air lautnya surut, ombaknya masih gede. Sayang gw ga liat surfer-surfer muda keren, saat itu, cuma ada surfer 1 bule doang :(















Yang lucu, di pantai ini cuma gw pengunjung cewe satu-satunya....dan ada beberapa anak muda penduduk setempat yang nongkrong2 dan bisik2 pas gw lewat dan foto2... gw cuek aja sih, tapi rada risih jg diliatin....untung gw ga pake tankini lagi hehehehe....
Sempet gw denger bisik2 mereka yang bilang : "Ih, itu nona mirip dengan Nadine Candrawinata"
Asli, sumpe, gw mo ngakak.....ini kedua kalinya gw dibilang mirip Nadine. Yang pertama pas makan malam di Jimbaran, pelayan restonya bilang gw mirip Nadine, si Putri Indonesia taon berapa itu ya? wkakakakak
Gw merasa bangga? Ngga juga, secara gw ga bangga kalo dimirip2in dengan orang lain...Tapi, mayan deh, disangka artis....sayang ga dapet fasilitas apapun :(

Anyway, perjalanan lanjut ke Oebou, pantai lainnya...














Di Oebou, pintu masuknya seperti goa, dan ngga banyak orang yang tau ini pantai, jadi seperti Pantai Rahasia...gw demen banget yg begini...
Pantainya berpasir putih, ngga ada satu orangpun!
Di luar 'gerbang' Oebou ini ada padang rumput dimana kuda-kuda dan sapi2 merumput dengan tenangnya...Bahkan kudanya berkeliaran di pantai lho...

Perjalanan lanjut lagi ke Oeseli, jalannya? ancur cuy, tapi ga separah jalan ke Lakwati di Alor... :P
Berikut foto sunset di Oeseli....
Dan...ada pemandangan unik di Oeseli ini...ada babi nyari makan di pinggir pantai, mungkin nyari2 kerang atau ikan2 kecil kali yee.... Ada juga kolam alam yang unik dan jernih di dekat pantai, jadi gw ngerendam kaki deh disana...














Sekali lagi, semua gambar yang ada gw nya diambil pake self timer...hehehe
Di Oeseli, gw ketemu dengan dua ibu penjual pasir, tapi cuma satu yang berenti dan ngobrol2 sama gw. Mereka abis ngumpulin pasir pantai yang mau dijual, satu gunungan kecil (ret) dihargain 100rb.
Mama itu (gw lupa namanya) cerita bahwa sekarang jaman susah, mereka dah dua tahun belakangan gagal panen rumput laut karena perubahan iklim, ngga ada angin susah, kebanyakan angin juga susah....Padahal Oeseli katanya daerah penghasil rumput laut juga...

Setelah ngobrol ngalor ngidul, gw akhirnya nanya, apa dia jual gula air atau ga. Karena gw pingin beli untuk oleh2, dia bilang ada, tapi ada di rumahnya. Jadi gw akhirnya sepakat untuk datengin rumahnya untuk ngebeli itu gula air, si mama bilang cari aja rumah Yusuf Sole yang dekat dengan Pustu Oeseli. Nah gw dan om Nani naik motor kesana dan ternyata si mama belom sampe, mungkin karena jalannya cukup jauh juga ya? Eniwei, gw akhirnya datengin rumah itu dan ada perempuan muda dan seorang nenek beserta anak2 kecil yang rame duduk di luar rumah. Mereka pas gw bilangin nyari rumah Yusuf Sole untuk beli gula air langsung semangat, dan mereka nanya, gw mau gula baru atau gula lama.
Nah, gw ga tau beda rasanya gula lama dan gula baru, jadi gw minta pertimbangan dari si Om Nani, akhirnya...si om bilang, beli gula baru aja. Gula baru artinya yang baru dimasak tahun ini.
Harga gulanya sejeregen 30rb, ga bisa beli pake botol aqua, jadi harus beli sejeregen...cuma...jeregennya harus dibeli juga, dan harga jeregennya aja 10rb. Jadi semuanya 40rb, ternyata mending harga jeregen di Alor yang 5rb.

Malam itu, gw pulang lewat kampung2 yang gelap gulita karena ga ada listrik masuk desa. Cuma ada beberapa desa yang dialirin listrik...jam 8 lewat dikit, sampe di Batu Termanu setelah naik ojek 1,5 jam. Makan malam di resto hotel pake nasi goreng n teh manis, kali ini ditraktir sama Olivia, salah satu bule WV Australia.
Abis makan, mandi dan nemenin Lerina nonton TMO (take me out) ---hahaha, penting ga seeehhh???
berlanjut ke hari ke - 2

Labels: , , , ,