Mati rasa...

Itulah yang gw rasakan selama ini. Tiga tahun di dunia kerja dan ketemu segala macam orang, dan sedihnya kebanyakan orang-orang yang iri dengan keadaan gw dan ga jarang orang yang berusaha menjelek-jelekkan gw... Semuanya ngebuat gw harus menegakkan diri dan menghadapi semua dengan 'tangguh', ga boleh cengeng, dan kompetitif. Cuma, tanpa sadar gw jadi mati rasa alias kurang sensitif...

Banyak orang (dan buku) berkata, lo harus jadi 'tangguh' untuk tetap eksis di dunia kerja, apalagi untuk berkompetisi dengan rekan kerja pria, lo harus setara atau kurang lebih sama kemampuannya dgn mereka. Dan semuanya itu ga salah, tapi terkadang kita jadi kurang sensitif dengan semua 'ketangguhan' dan atribut pertahanan yang kita gunakan.

Gw mungkin udah terlalu terbiasa dengan cara berpikir dan pengalaman kerja gw sehingga walau bekerja di NGO yang notabene untuk membantu orang-orang susah, tetap aja terkesan kaya kerja di perusahaan biasa. Ngga ada lagi gairah untuk bekerja dengan hati membantu orang. Semuanya ditelan dengan kesibukan untuk tetap mempertahankan profesionalitas dan terkadang posisi, dan berusaha menjaga performa. Dan pada akhirnya gw jenuh dengan semua ini....

Terkadang gw ingin kembali ke masa lalu, dimana visi gw adalah bekerja ngebantu orang-orang susah dengan kemampuan gw. Setelah 3 tahun vakum dari pelayanan di lingkungan gereja dan kampus, rasanya susah untuk merasakan semangat untuk melayani lagi. Dan gw sadar, gw udah mati rasa...

Dan jalan untuk kembali ke gairah dan hati untuk melayani itu ga gampang. Gw udah ngerasain itu selama 3 bulan terakhir. Ga bisa gunain pengalaman semata dan cara-cara yang udah gw ketahuin untuk menghadapi hari-hari yang ngga bisa diprediksi ini....
Natal kali ini memang ga seperti Natal-natal sebelumnya. Ga terlalu rame memang, karena banyak yang pulang kampung. Tapi gw diajar untuk percaya bahwa Tuhan akan ngebuat sesuatu dalam hidup gw dan jangan ngandalin pengalaman dan segala pemikiran gw. Dan ya, lilin di dalam diri gw sudah menyala kembali...